Minggu, 13 Mei 2012

FF SHINee : Last Autumn


Annyeonghaseyo, selamat malam (tepatnya jam 2 wib, jam 3 wita, jam 4 wit & jam 2 waktu Korea)  aku hadir dengan fanfiction gaje hasil begadang, setelah memakan waktu beberapa jam dan berhasil membuat punggung dan leher jadi nyeri, akhirnya terciptalah ff ini. Selamat membaca dan selamat malam bagi yang baca malam, selamat pagi bagi yang baca pagi, selamat siang bagi yang baca siang dan selamat sore bagi yang baca sore.



Author: Devi Ariyani
Rating: T
Lenght: oneshoot
Genre: romance, friendship, angst
Cast:      - Kim Seo Yoon
               - Choi Minho
Other cast: -Lee Taemin
Disclaimer: just fiction. idol cast is belong to the God.



Seo Yoon berjalan perlahan ke arah seseorang yang sedang memandangi lapangan futsal sambil mengelap keringatnya. Mungkin orang itu tidak suka dengan musim panas. Dari kejauhan, Seo Yoon sudah tahu kalau orang itu adalah Choi Minho. Orang yang akhir-akhir ini memberikan sering perhatian lebih kepadanya.
“Oppa...” teriak Seo Yoon tepat di telinga kanan Minho sehingga telinganya berdengung selama beberapa detik sebelum akhirnya menoleh kearahnya.
“Seo Yoon... Kau selalu saja membuatku terkejut.” Ucap Minho masih dengan tampang terkejutnya dan ekspresi wajahnya sanggup membuat Soo Yeon tertawa terbahak-bahak.
“Kenapa tertawa???” tanya Minho sambil mengacak-acak rambut Seo Yoon dan menariknya untuk duduk disampingnya.
“Oppa, ekspresi terkejutmu sangat lucu sekali!” ucap Seo Yoon sambil memegang perutnya yang sakit akibat tertawa. Minho hanya menyeringai lalu merangkul bahu Seo Yoon dan mengajaknya pergi.

Sekarang semua orang di jalanan mungkin sudah menganggap Seo Yoon gila atau apa, karena sejak tadi ia masih asyik tertawa sendiri. Melihat semua orang sedang memandangi mereka berdua, Minho langsung mengacak rambut Seo Yoon dan berkata, “Seo Yoon sekarang semua orang pasti sudah menganggapmu gila.” Tetapi kata-katanya barusan tak berpengaruh pada Seo Yoon. “Kalau kau tertawa terus, aku tak akan mentraktirmu makan siang!”, ancam Minho.

“Baiklah oppa, gamsahamnida.” Ucap Seo Yoon setelah selesai menertawakan Minho.

“Gamsahamnida? Untuk apa?” tanya Minho heran

Seo Yoon menghela nafas dan menarik bibirnya sehingga membentuk seulas senyuman yang manis lalu, “Gamsahamnida, karena hari ini kau sudah mengatakan kalimat panjang kepadaku.”

“Oh, begitu.” Jawab Minho singkat.

“Oppa, kenapa kau sangat pendiam?” tanya Seo Yoon penasaran, padahal ia sudah melontarkan pertanyaan itu hampir seratus kali dalam sebulan.

Karena bosan dengan pertanyaan Seo Yoon, Minho enggan menjawab dan ia langsung menunjuk sebuah rumah makan kecil. Mungkin semangkuk penuh ramen dan menutup mulut Seo Yoon selama beberapa saat dan mungkin bisa menghilangkan rasa lapar dari perutnya.

Setelah selesai makan siang, hari ini Seo Yoon berencana mengajak Minho ke Danau yang selalu menjadi tempat singgahnya setiap pulang sekolah sebelum ia mengenal Minho, tapi karena cuacanya sangat panas, Seo Yoon pun mengurungkan niatnya. Mungkin suasana danau di musim gugur jauh lebih indah, pikir Seo Yoon. Soo Yeon memang menyukai musim gugur. Apalagi jika ada daun pohon mapel yang menggugurkan daunnya. Seo Yoon sangat suka itu.

Seo Yoon berlari-lari kecil menuju rumahnya setelah ia berpisah dengan Minho di perempatan jalan. Ia baru hendak membuka pagar rumahnya ketika seseorang memanggil-manggil namanya. Ia menoleh ke arah sumber suara tersebut dan mendapati Taemin sedang berlari kearahnya sambil membawa sebuah amplop.

Setelah Taemin sampai di hapan Seo Yoon, ia langsung memegang kedua lututnya sambil mengambil nafas lalu ia menberikan surat itu kepada Seo Yoon tanpa berkata-kata. Seo Yoon langsung menerima surat itu dan bertanya, “Ini surat dari siapa?”

“Minho hyung. Sudahlah aku pulang dulu” Jawab Taemin cepat.

“Apa kau tidak mau mampir atau meminum segelas air dulu?” tanya Seo Yoon

Taemin tampak ragu menerima tawaran Seo Yoon, tapi karena tenggorokannya hampir kering setelah dipaksa Minho untuk memberikan surat itu kepada seo Yoon, Taemin pun segera mengangguk dan mengikuti Seo Yoon masuk kedalam rumahnya.

Seo Yoon mempersilahkan Taemin minum setelah ia memberikan segelas penuh orange juice kepada Taemin. Karena terlalu haus dan didukunng oleh udara musim panas yang sangat panas, dalam hitungan detik, isi gelas orange juice tersebut sudah kosong dan ia segera berpamitan pulang kepada Seo Yoon.

Sekarang, Seo Yoon mengutuki Taemin habis-habisan dalam hati. Seharusnya, ia tidak menawari Taemin mampir kerumahnya jika ia tahu kalau Taemin langsung pergi setelah meminum segelas orange juice yang diberikannya. Dan seharusnya, Taemin mau menemaninya dirumahnya untuk sekedar mengobrol atau sebagainya.

Tapi ya sudahlah, yang penting hari ini ia menerima surat pertamanya dari Minho dan ia berharap Minho menyatakan cinta kepadanya. Dengan gembiranya, ia membuka perlahan amplop surat tersebut agar isinya tidak sobek taupun rusak. Setelah membuka amplopnya dan membuka lipatan kertas surat tersebut, Seo Yoon langsung membacanya sambil tersenyum. Tapi tak berapa lama setelah membaca surat itu, senyumannya berubah menjadi rasa eksperi terkejut dengan mulut setengah terbuka karena isi sirat tersebut adalah

“Ya! Seo Yoon, kau itu ceroboh sekali. Bisa-bisanya kau meninggalkan sepeda mu disekolah.”

Sekarang ia baru ingat bahwa tadi pagi ia berangkat sekolah dengan menggunakan sepeda, lalu ia lupa membawa pulang sepedenya karena tadi ia asyik menertawakan Minho. Sekarang jalan satu-satunya untuk yang harus dilakukannya adalah berjalan kaki ke sekolahnya lalu menjemput sepedanya.

Baru saja ia membuka pintu pagarnya, tiba-tiba seseorang muncul dari balik pagar sambil menuntun sepeda berwarna pink miliknya dan orang itu adalah Minho.

“Oppa, bagaimana kau bisa tahu kalau hari ini aku membawa sepeda dan aku meninggalkannya di sekolah?” tanya Seo Yoon penasaran. Belum sempat Minho menjawab pertanyaannya, ia langsung membuka mulut dan berkata, “Dan bagaimana bisa kau menulis surat dan menyuruh Taemin mengantarkannya.....”

“Stop!” potong Minho cepat sebelum Seo Yoon berbicara panjang lebar kepadanya, lalu ia melanjutka,”Biasakanlah bertanya secara berurut, jangan memberondong pertanyaan seperti itu lagi, araseo?”

Seo Yoon hanya menunduk dan mengangguk-angguk mendengar kata-kata Minho tadi. Minho menghela nafas lalu melanjutkan, “Tadi pagi aku melihatmu berangkat sekolah dengan sepeda.” Jeda sejenak lalu,”Setelah sampai di perempatan tadi aku baru ingat kalau kau tidak pulang dengan sepedamu, lalu aku bertemu Taemin di jalan dan memaksanya untuk mengantarkan surat kepadamu.”

“Lalu, bagaimana bisa sekarang kau berada disini dengan sepedaku?” tanya Seo Yoon penasaran.

“Tunggu sebentar, aku belum selesai bicara.” Ucap Minho cepat lalu melanjutkan, “Setelah menyuruh Taemin mengantarkan surat kepadamu, aku langsung berlari ke sekolah dan membawa sepedamu kesini!”

“Gamsahamnida oppa.” Ucap Seo Yoon.

“Nae, Cheonmaneyo. Ngomong-ngmong apa kau tidak menyuruhku masuk dan memberiku segelas penuh minuman?” tanya Minho sambil setengah berharap.

Seo Yoon tampak ragu karena ia tak mau memberikan minuman Cuma-Cuma seperti Taemin tadi. Tapi karena Minho sudah mau berbaik hati mengantarkan sepedanya, ia segera mempersilahkan Minho masuk dan memberikan segelas penuh air putih kepada Minho. Ia lupa kalau orange juice yang diberikannya kepada Taemin tadi adalah orange juice terakhir yang ia punya, maka dari itu sekarang ia hanya bisa memberikan air putih kepada Minho.

“Oppa, sepedaku kan berwarna pink!” ucap seo Yoon memulai pembicaraan.

“Lalu?” tanya Minho dengan dahi berkerut.

“Apa kau tidak malu memakainya?” tanya Seo Yoon penasaran.

Minho langsung membentuk senyuman di bibirnya lalu, “Semalam aku melihat Key memakai baju berwarna pink dan ia sama sekali tidak malu.”

“Tapi Key oppa kan memang menyukai warna...” Minho menempelkan telunjuknya ke bibir Seo Yoon agar ia tidakberbicara lagi.

“Sudah, tidak usah dijelaskan lagi, aku sudah tahu kalau begitu sekarang aku pulang. Gomawoyo atas minumanmu” Ucap Minho.

“Baiklah oppa, Hati-hati dijalan.” Ucap seo Yoon sambil mengantarkan Minho sampai ke depan gerbang rumahnya.

“Oppa, ngomong-ngomong hari ini kau mengucapkan kalimat panjang lebih dari satu kali.” Ucap Seo Yoon setelah Minho keluar dari gerbang rumahnya.

Minho hanya tersenyum ke arah Seo Yoon yang melambaikan tangan kearahnya. Kalau dipikir-pikir, hari ini  ia sudah 1... 2... 3... 4... 5... 6... kali mengucapkan kalimat panjang kepada Seo Yoon, itupun kalau ia tidak salah menghitung. Lama-lama, berada di dekat Seo Yoon membuatnya tidak terlalu pelit dan hemat dengan kata-kata. Mungkin itu juga alasan kenapa ia selalu ingin berada di dekat Seo Yoon, tapi mungkin juga ada kemungkinan lain. Ia tak tahu hal itu, yang ia tahu adalah ia selalu nyaman berada di dekat Seo Yoon.

***

“Whaa....”ucap Seo Yoon setelah melihat daun-daun di jalanan berubah menjadi kekuningan dan bahkan beberapa diantaranya mulai berguguran. Ya, inilah yang paling ia sukai. Ia selalu suka dengan musim semi.

“Ya, sedang apa kau sendirian di halte begini?” tanya Minho yang tiba-tiba saja tiba  dihadapan Seo Yoon.

“Aku sedang menunggu bus, memangnya apa lagi?” jawab Seo Yoon sambil cemberut kepada Minho yang sudah merusak suasana hatinya untuk menikmati musim semi.

“Tidak usah cemberut, hari ini aku membawa sepeda.” Ucap Minho sambil memasang senyuman termanisnya kepada Seo Yoon.

“Lalu, apa hubungannya denganku?” tanya Seo Yoon bingung.

“Apa lagi, kau pasti tahu maksudku.” Ucap Minho, dan kali ini ia sudah tidak memasang seyuman termanisnya, melainkan nada bicaranya yang dingin seperti biasanya.

Kali ini Seo benar-benar tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Minho, jadi ia hanya memasang ekspresi bingungnya dan berkata, “Bahkan aku sama sekali tidak mengerti apa maksudmu.”

“Aish... Kau ini babo sekali, jelas saja aku mengajakmu pulang bersamaku.” Ucap Minho.

“Oh, baiklah kalau begitu. Keureu!”ucap Seo Yoon yang sekarang sudah duduk di boncengan sepeda Minho. Minho hanya bis menggeleng-geleng sambil menaiki sepedanya lalu mengayuhnya sekencang-kencangnya sehingga membuat Seo Yoon terkejut hingga akhirnya ia memeluk pinggang Minho.

“Seo Yoon, apa besok kau ada waktu?” tanya Minho memulai pembicaraan.

“Mmm... Nae, waeyo oppa?” tanya Seo Yoon

“Bagaimana kalau pulang sekolah besok kata pergi ke suatu tempat yang sangat indah.” Ajak Minho

Seo Yoon agak ragu menerima ajakan Minho. Sebenarnya ia juga ingin mengajak Minho ke sebuah danau yang dulu sempat diurungkannya karena pada saat itu masih musim panas. Lalu akhirnya ia menjawab juga, “Baiklah oppa, tapi lusa aku yang akan mengajakmu pergi.”

“Nae.” Ucap Minho sambil menganyuh sepedanya lebih kencang lagi, dan hal itu membuat Seo Yoon terkejut untuk kedua kalinya sehingga Seo Yoon refleks mencubit Minho. Dan Minho tampak kesakitan karena cubitan Seo Yoon, tapi Seo Yoon malah tertawa dan membuat Minho ikut tertawa juga.

***

Hari ini Seo Yoon sudah mencoba semua pakaiannya dan memakan waktu selama dua jam. Kali ini ia merasa semua pakaian yang ia punya adalah pakaian yang ketinggalan model dan menurutnya tak ada satupun pakaian yang cocok ia kenakan. Tapi karena ia sudah tak punya pakaian yang bagus lagi menurutnya, ia segera memakai sweater berwarna baby blue dengan jeans berwarna hitam ditambah dengan syal berwarna putih dan sepatu kets putih.

Setelah selesai berdandan, ia langsung berjalan keluar rumah menuju gerbang rumahnya. Setelah membuka gerbang rumahnya, ia langsung terkejut karena Minho sudah berada di depannya dan kini Minho menyapanya dan menyuruhnya menaiki sepedanya.

“Oppa, sudah berapa lama kau menugguku?” tanya Seo Yoon setelah Minho mengayuh sepedanya.

“Sudah satu jam.” Jawab Minho.

“Omo, kenapa kau datang lebih awal, bukannya kau berjanji menjempetku jam dua!”

“Nae, aku memang mengatakan ingin menjemputmu jam dua. Dan kau tahu sekarang sudah jam berapa?” tanya Minho kepada Seo Yoon.

“Memangnya sekarang jam berapa?” Seo Yoon balik bertanya kepada Minho

“Kau tidak tahu, ya sudahlah. Cepat turun, kita sudah sampai.” Ucap Minho sambil menghintikan sepedanya di sebuah taman dengan danau ditengah-tengahnya.

Dari tadi Seo Yoon tidak menyadari kalau Minho mengajaknya ke danau yang sering ia kunjungi sebelum ia mengenal Minho. Jadi, besok ia tidak perlu mengajak Minho pergi karena tempat inilah yang akan ia tunjukkan kepada Minho.

“Oppa, kalau begitu besok aku tidak jadi mengajakmu pergi.” Ucap Seo Yoon sambil menikmati keindahan danau tersebut.

“Kenapa?” tanya Minho

“Karena aku juga ingin mengajakmu kesini.”

“Oh begitu, baiklah kalau begitu aku ingin membeli minuman di seberang sana.” Ucap Minho lalu berjalan menjauhi Seo Yoon. Seo Yoon terus memandangi punggung Minho yang semakin lama semakin jauh darinya. Lalu ia menatap ke ujung jalan dan mendapati sebuah mobil berkecepatan tinggi sedang menuju ke arah Minho. Kalau dipikir-pikir.... Sekarang bukan waktunya berpikir, Seo Yoon segera berlari kearah Minho sebelum mobil itu membuat Minho terluka.

“Minho oppa, awas!” Seo Yoon berteriak sekencang-kencangnya lalu mendorong Minho ke pinggir jalan. Tapi ia sendiri masih berada di tengah jalan dan akhirnya sebuah mobil menabraknya dan membuatnya terjatuh hingga kepalanya berdarah dan kakinya seakan tak bisa bergerak lagi.
Meliahat kejadian itu, Minho langsung berteriak sambil berlari ke arah Seo Yoon, “Seo Yoon.”

“Seo Yoon, bertahanlah.” Ucap Minho sambil memegang tangan Seo Yoon.

“Oppa.” Jawab Seo Yoon lirih.

“Bertahanlah Seo Yoon, saranghaeyo.”

Seo Yoon ingin mengucapkan sesuatu kepada Minho, tapi kali ini hidungnya berdarah dan Minho mengusap darah itu dari hidung Seo Yoon. Kali ini, Seo Yoon berusah dengan sisa-sisa tenaganya untuk mengucapkan seseuatu kepada Minho, “Oppa....” Seo Yoon tampak mengambil nafas lalu melanjutkan, “Sa... Rang... Hae... Yo...”.

Minho mulai mengeluarkan air matanya karena takut akan kemungkinan terburuk yang akan terjadi dengan Seo Yoon dan ia hanya bisa berkata, “Bertahanlah karena aku mencintaimu.”

Dengan sekuat tenaga, Seo Yoon mencoba mengucapkan kata-kata terakhirnya kepada Minho. “Saranghae oppa, mianhae aku tak... bisa... bertahan.” Setelah mengucapkan kata-kata tersebut, perlahan suara Seo Yoon menghilang dan matanya juga ikut tertutup secara perlahan.

Tangis Minho pun pecah, ia tak menyangka kisahnya dengan Seo Yoon berakhir dengan setragis ini karena tadi ia tak memperhatikan kalau ada mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi. Kalau saja tadi ia tahu, mungkin ia akan menyebrang dengan cepat dan Seo Yoon tak akan berusaha menyelamatkannya dan Seo Yoon tak akan jadi seperti ini.

Minho terus menggoyang-goyang tubuh Seo Yoon agar agar ia sadar, namun hal itu tak berpengaruh apapun. Sekarang orang-orang sudah berada di sekitarnya. Ia hanya bisa menangis sambil terus memegang tangan Seo Yoon yang tergeletak di jalan.

Gimana ff nya, ada typo, gaje, ceritanya gak nyambung, ceritanya jelek, ceritanya pasaran, kampungan, dsb...??? makanya buruan komen selagi komen itu gratis dan manfaatkanlah yang gratis selagi ada. ok..
Baca Yang Ini Juga, Chingu!!!

1 komentar:

  1. KENAPA SELALU SAD ENDING? (╥﹏╥) (˘̩̩ε˘̩ƪ) Щ(ºДºщ)

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...