Sabtu, 12 Mei 2012

FF SHINee : 3 Seconds Later

Haii Para Readers diseluruh penjuru dunia.. :) siang ini saya datang membawa seonggok *jelek banget*FanFiction yang saya buat. FanFiction ini murni hasil jerih payah otak saya lho... Di FanFiction ini, yang jadi castnya abang ganteng nan imut tiada banding tiada tanding, siapa lagi kalau bukan... *jengjeng* Ke-Pa. Pada bingung ya? *Mana ada artis K-Pop namanya Ke-Pa* *Tabok admin* Hoho... sabar duluuu... Ke-Pa adalah panggilan sayang admin ke Key Oppa *heheee*.. nah, untuk Cast ceweknya admin pake si Eonnie cantik Jiyeon 'T-Ara'. Nah,.. langsung aja ni ya, Cekidot! *ENJOY READING*



3 Seconds Later
Author : nabilaSyafiqa
Rating : G
Leght : Ficlet
Genre : Romance, Sad
Cast : Kim Kibum (Key) ‘SHINee’, Jiyeon ‘T-Ara’
Other Cast : Lee Jinki (Onew) ‘SHINee’

        
    [“Babo..Babo..” itu yang dipikiranku saat ini. Hanya kata itu yang terus melayang dipikiranku. “Kenapa aku bisa sebodoh itu? Bahkan aku tidak menyadarinya...???” pertanyaan itu terus terbang melayang di otakku. Untuk sejenak aku terdiam mengingat kembali kata-kata Key-Oppa. Aku tersenyum membayangkannya. “Gunakan waktu sebaik mungkin! Walau hanya 3 detik. Araseo?” itu yang Oppa katakan. Tanpa ku sadari, kata se-simple itu mengandung makna tersirat yang amat mendalam.]

            Aku duduk di Taman ini menunggu kehadiran seseorang yang sudah pasti tidak akan datang untuk menemuiku. Tapi hatiku terus berkata, bahwa orang itu akan datang! “Oppa akan datang..”. Ya, aku menunggu Key-Oppa disini. Ditempat yang ia katakan padaku. Tempat kami biasa bertemu. Aku kembali merenungi kata-kata Oppa.. “Waktu itu berharga, walau hanya 3 detik.....”
            “Aku rasa Oppa benar. Waktu itu berharga” tiba-tiba aku mengucapkan kata itu sendiri. Mulutku bergerak sendiri... Pikiranku membawaku menerawang kembali saat kami pertama kali bertemu.
            [Flashback]
            Aku berjalan menuruni anak tangga. Dan berjalan menuju gudang. “Tuan Kim sungguh tak berperasaan. Meminta tolong mengambil kursi di tempat seperti ini. Tempat apa ini? Mungkin tempat ini adalah satu-satunya tempat yang tidak pernah dijamah orang sama sekali. Tak berperasaan!” ucapku dalam hati, mengutuk Dekan ku yang gendut itu.
            “Key... Kau tak tau.. bagaimana perasaanku!” tiba-tiba aku mendengar suara Yeoja sedang berbicara dengan nada tinggi dan sepertinya ia sedang marah.
            “Aku tau.. Kau suka padaku? Ya.. aku tau itu..” tak lama kemudian, terdengar suara Namja yang lebih rendah. Tidak setinggi suara Yeoja tadi.
            Naluri ke-dektetif-an ku pun muncul. Ku tempelkan daun telingaku di pintu gudang yang belum sempat ku buka tadi. Suaranya semakin jelas. “Mereka di dalam? Apakah tidak ada tempat yang lebih nyaman untuk berbicara?” pikirku dalam hati.
            “Tapi aku tidak menyukaimu!” suara Namja, kembali terdengar dari dalam.
            “Berani sekali dia berkata begitu pada seorang Yeoja. Pria macam apa dia? Apa dia tidak bisa menjaga perasaan wanita??” hina ku dalam hati pada Namja itu. Tanpa kusadari, karna rasa penasaran ku, aku terus menempelkan daun telinga ku ke pintu itu. Memang dasar akunya yang bodoh, pintu itu tidak terkunci. Dan... BRRUUKK.... Aku terjatuh diantara kedua orang yang sedang berseteru itu. “Aduuhh.. bagaimana ini?” tanyaku dalam hati. Berharap ada malaikat yang datang, dan membuatku menjadi tak terlihat. Tapi, tetap saja.. malaikat itu tidak datang. Bahkan tidak akan pernah datang.
            Aku bangkit dari posisi jatuhku, membersihkan bajuku yang agak kotor. Aku membungkuk, “Anneyonghaseyo...?” ucapku sambil melihat wajah Yeoja dan Namja itu bergantian. Deg! Saat aku melihat wajah Namja itu.. “Bukankah itu Namja yang tadi ada di ruangan Tuan Kim?” tanyaku sambil terus menyeleksi..memperhatikan..dan.. “Ya.. dia Namja yang ada di ruangan Tuan Kim!” seruku dalam hati... seingatku, ia memanggil Tuan Kim dengan..... GEEZ! “Dia putra Tuan Kim?” aku mendadak malu plus merasa bersalah karna telah menghina Tuan Kim, walau dalam hati.
            “Namaku... Jiyeon... Maaf mengganggu..” ujarku sambil mulai melangkah keluar, sambil menundukkan kepalaku. “Babo.. Babo!!” ucapku sambil mengetuk pelan kepalaku.
            “Tunggu!” seseorang menahan langkahku. Namja itu? Dia menarik lenganku.
            “Habislah aku! Mau diletakkan dimana wajahku ini? Namja ini pasti mau ngomel plus marah marah.. aduh...” rengekku dalam hati. Sekali lagi aku berharap ada malaikat yang datang membantuku.
            “Aku mencintai wanita lain! Dia orangnya!” ujar Namja itu sambil merangkul bahuku dengan tangan kirinya.
            “Mwo?” wajah Yeoja itu tampak terkejut plus tak percaya. Tidak berbeda jauh denganku. Bahkan, wajahku dihiasi dengan mulut yang menganga. 
            “Nae! Dia Yeojachingu-ku!” jawab Namja itu dengan suara mantap. Membuat Yeoja itu tak dapat berkata-kata lebih.
            “Aku tidak percaya!” ucap Yeoja itu dengan nada menantang.
            “Tuhan... tolong!! Dengan aku dirangkulnya saja, jantungku sudah berdetak tak karuan! Jangan tambah lagi dengan hal lain tuhan...!!!” pinta setengah merengek dalam hati.
            “Baik!” Namja itu mendorongku kedinding. Kini, tubuhku bagaikan menyatu dengan dinding. Deg! “Apa yang akan ia lakukan?” hatiku terus berkata tanpa memberikan kesempatan pada bibirku untuk mengutarakannya. Namja itu mendekatkan wajahnya. DEG! Hatiku berdebar tak beraturan! Kini, jarak antara wajah kami tak lebih dari 5cm, dan...! CUP!!! Dia... dia... menciu.... Dag... DIG.. DUG... DAG..DIG...DUG... Tiiiiiiitttt......
            ***
            “Hey... Hello!!!” aku mendengar suara itu samar-samar..
            “Heyy.....”
            “Whoah..??!!!” ujarku tiba-tiba saat kulihat wajah itu begitu dekat. “K..K..Kau siapa?” tanyaku terpatah-patah. Sejenak aku berfikir. Aku... tadi melamun saat di Gudang, saat ia... “Apa kau sudah gila? Kenapa kau mencium ku? Dan ... Siapa kau?” tanyaku beruntun begitu aku sadar kalau wajah ini adalah....
            “Ssst....” ucap namja itu sambil menutup mulutku dengan tangannya. “Aku Key...” ujarnya sambil melirik sekeliling. Seperti seorang pencuri yang akan mengambil target curiannya.
            “Key?? Nama yang aneh!” komentarku begitu mulus keluar. “T..Tapi.. Kenapa kau menc..” ucapanku tidak dapat kuselesaikan karena Key buru-buru menutup kembali mulutku dengan tangannya.
            “Aku akan jelaskan padamu..”
            Aku mengangguk pelan,
            “Yeoja tadi adalah mantanku. Aku sudah putus dengannya, tapi dia tetap tidak mau putus denganku. Ya.. begitulah jadinya. Eh, aku belum tau siapa namamu,...”
            “Jiyeon.” Jawab ku mantap  “Apa aku harus memanggilmu Oppa?”
            “Nae.. Tentu saja!”
            Aku kembali mengganguk. “Oh.. Nae!”
            “Mianhaeyo.. but,.. Gomawo...”
            “Mwo?” Oppa langsung pergi tanpa memberi alasan atas ucapannya tadi. “Namja memang membingungkan!”
            [Flashback End]

            Drrt... Ddrrrt.....
            Telefon genggam ku bergetar. Kulihat layar, “Onew-Oppa....” ya.. untuk kedua kalinya nama ini tertera dilayar telefon ku.
            “Yeoboseo?”
            “Jiyeon-sshi.. dimana kau?”
            “Aku di Taman”
            “Mwo? Jiyeon-sshi.. aku tau ini buruk, tapi aku tidak bercanda dan main-main.. kau harus cepat kesini!”
            “Oppa....”
            “Jiyeon-sshi.. aku mohon! Key tidak akan datang. Percayalah padaku”
            “Nae.. Araseo..” telefon pun mati. Aku lekas berjalan meninggalkan taman dan menuju.... rumah sakit.
            ***
            “Oppa..” ujarku begitu aku melihat punggung seseorang yang kukenali.
            “Jiyeon..? huh.. syukurlah kau disini.. Key...”
            “Oppa.. kenapa bisa begini? Siapa yang melakukannya?” tanyaku setengah menangis. Aku sebenarnya memaksa hatiku agar tidak percaya dengan apa yang kulihat. Key-Oppa terbaring lemah didalam sana. Didalam ruangan serba putih. ICU.
            “Ini murni kecelakaan. Tidak ada yang salah disini.” Wajah Onew-oppa tampak tegar dan biasa saja. Tapi, yang kulihat dari sorot matanya.... dia khawatir. “Key terjatuh, dan kepalanya membentur siku meja”
            “Oppa....” aku menahan air mataku keluar.
            “Key akan baik-baik saja. Kau jangan khawatir”
            Entah kenapa, aku mempercayai begitu saja ucapan Onew-Oppa, untuk tidak khawatir. Tapi hatiku... sangat khawatir. Air mataku mengalir saat terbesit bayangan tentang kemungkinan terburuk yang bisa terjadi dengan Key-Oppa. Buru-buru aku menepisnya dengan kemballi mengulang saat-saat aku bersama Key-Oppa.
            [Flashback]
            “Jiyeon-sshi..”
            “Nae Oppa?”
            Key-Oppa menggenggam tanganku. “Apa yang akan kau lakukan jika ini adalah 3 detik terakhir kau bersama mu?”
            “Oppa.. mengapa kau menanyakan hal ini?”
            “Aku hanya ingin tau...”
            “Memeluk mu..?!”
            “Mwo? Benarkah? Ayo.. Peluk aku..” ucap Oppa dengan penuh semangat.
            “Ani..”
            “Wae?”
            “Ini bukan 3 detik terakhir kau bersama ku, Oppa...”
            “Aissh,...” wajah Oppa yang semula bersemangat berubah menjadi wajah sebal.
            “Oppa..?”
            “hm..”
            “Apa kau marah?”
            “Ani.”
            “Oppa.......” rengek ku. Ini adalah jurus terampuh saat Oppa marah. Merengek, sambil memasanng wajah menyesal.
            “Aishh.. nae... kau selalu tau bagaimana merayu seseorang..” wajah Oppa kembali tersenyum, “Jiyeon-sshi..”
            “Nae Oppa?”
            “Nikmati semua waktu yang kau punya. Walau hanya 3 detik. Araseo?”
            “Oppa.. kenapa tiba-tiba kau...”
            Oppa buru-buru memotong ucapanku. “Araseo?”
            “Nae..” jawabku sambil mengangguk pelan. Kini pikiranku penuh dengan tanda tanya besar, rasa penasaran, dan pertanyaan yang bertumpuk. Tapi, semua itu hanya terlukis disatu pertanyaan, “Ada apa dengan Oppa?”
            [Flashback End]
           
            “Jiyeon-sshi..”
            “Nae...” aku bangkit dari tempat duduk di ruang tunggu Rumah sakit sambil menghapus air mata yang jatuh di pipiku..
            “Kau boleh menemui Key”
            “Jeongmal? Jeongmalyo?”
            “Nae..”
            “Gomawo Oppa..” ujarku pada Onew Oppa dan langsung berlari menuju ruangan dimana key-Oppa terbaring.
            ***
            “Jiyeon-sshi....” panggil Oppa dengan suara yang tak telalu jelas.
            “Oppa.. apa yang terjadi?”
            “Aku baik-baik saja....”
            “Oppa...” ujarku dan memluk Oppa yang mesih terbaring lemah.
            “Kenapa kau memelukku?” tanya Oppa.
            “Aku khawatir...”
            “Kau yang bilang hanya memelukku di 3 detik terakhir kita bersama..”
            “Oppa...” aku melepaskan pelukan itu.
            “Peluk aku.” Pinta Oppa. Tanpa pikir panjang, akupun memeluk Oppa.
            1....2.....3.... Aku melirik Oppa. Tampaknya ia semakin lemah. Dan.. matanya terpejam. Aku lantas panik, “Oppa....” aku menggoyang-goyangkan lengannya.
            “Nae...?” jawaban Oppa membuatku sedikit tenang.
            “Jangan membuatku takut!”
            “Aku tidak akan pergi tanpa izin mu..” Oppa tersenyum.
            Aku pun membalasnya dengan senyuman.
            “Boleh aku pergi?” pertanyaan Oppa membuat jantungku berhenti.
            “Oppa...” aku memeluk Oppa lagi. Pikiranku kembali pada kemungkinan terburuk yang bisa terjadi dengan Oppa. Tapi entah kenapa, aku tidak bisa menepisnya kali ini.
            Oppa mengelus pelan puncak kepalaku.. dan tiba-tiba... tangannya berhenti bergerak. Kulepaskan pelukan ku, dan kulirik..... “Oppa..” seruku sambil menggoyangkan lengannya. Tak ada respon.. Seperti sudah tau, aku tidak bertingkah histeris. Hanya air mataku yang terus mengalir tanpa henti. Onew Oppa menghampiriku. “Oppa...” Ujarku ditengah derasnya air mata ini mengalir.
            ***
            “Oppa... Jika saat itu aku tidak memelukmu, apakah kau tidak akan pergi?” ujarku didepan makam orang yang aku kasihi. “Mianhae Oppa..” aku meletakkan bunga mawar putih diatas makamnya. “Berbahagialah di kehidupan selanjutnya. Saranghaeyo Oppa..”

            *The End*


Huhuhuuu... *nangis dipojokan* sebenarnya batin admin gak terima kalau harus Ke-Pa yang "Cao" *amitamit* tapi... ya gimana dong... gak tega juga mau bikin cerita tentang kesedihan Ke-Pa karna ditinggal 'cao' sama Ji Yeon.. ddudu... ya sudahlah.. semoga kalian suka FanFiction ini, oiya, satu lagi.. Don't Be A Silent Readers ya... komentar kamu sangat berarti untukku.. *jiah..* See You Next Time... Bye Bye....

Baca Yang Ini Juga, Chingu!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...